Kamis, 03 Maret 2016 |

Teman Diskusi


Panggil saja dia Amel tubuh mungilnya tidak sebanding dengan ketinggian ilmunya, dan dia adalah teman satu jurusanku. Teringat pertama kali mengenalnya ketika ospek universitas, saat aku lihat isi cita-cita di bukunya. Saat itu aku sangat tertarik dengan semua cita-cita nya yang tertulis dalam buku MARU tersebut. Salah satu yang tertulis disana adalah “ingin kuliah ke Mesir” usut punya usut ternyata dia memang hampir melanjutkan kuliah ke Mesir bahkan telah lulus seleksi namun karena kendala restu orang tua dia urungkan niat kuliahnya tersebut. Sebenarnya bukan batal tapi lebih pas dikatakan tertunda.
Hingga akhirnya dia memutuskan memilih jurusan pendidikan bahasa Arab di kampus bumi siliwangi ini dan takdir inilah yang mempertemukan kami.

Latar belakang pesantren, dan kemampuan bahasa Arab yang baik membuatnya cukup menonjol dibanding teman-teman lain di kelasku. Maka aku pun senang jika berdiskusi atau menanyakan sesuatu padanya. Entahlah kalau ketemu dia ingin diskusi ilmu saja. Bahkan tak jarang dia terkadang menjadi jalan solusi kegundahan hatiku. Misalnya ketika aku mengikuti sebuah kajian islam yang berbeda dengan apa yang kuyakini sebelumnya, maka aku meminta sarannya apakah harus melanjutkan atau berhenti. Atau saat aku mulai jauh dari Al-Qur’an, atas ijin Allah dia memberiku kisah yang memotivasiku untuk lebih rajin tilawah. Maka beruntunglah aku bisa berteman dengannya.

Kemudian, pada semester 5 ketika aku berhenti sejenak dari perkuliahan dia pun bisa mewujudkan mimpi nya untuk ke Mesir, dengan mengikuti program “Sandwich” yaitu program beasiswa untuk dapat belajar di salah satu universitas di Mesir selama satu semester. Sebelum keberangkatannya dia berkata padaku bahwa tak akan menyia-nyiakan kesempatan ini untuk bersungguh-sungguh di sana. Maka disana aku semakin kagum dengan kesungguhan dan perjuanngannya.

Setelah hampir setahun kepulangannya dari Mesir, kemarin aku dan dia terhanyut dalam sebuah diskusi ilmu. Dan salah satu yang menarik adalah tentang masa depan, yaitu mengenai cita-cita kami untuk dapat melahirkan generasi para ulama. Alhamdulillah dari diskusi kemarin aku jadi tahu seperti apa lingkungan pendidikan di Timur Tengah juga bagaimana mempersiapkan generasi-generasi pecinta Al-Qur’an. Ya... aku pun terpanggil untuk mempersiapkan kelahiran mujahid-mujahid ku kelak sejak dari sekarang, dan mengonsep pendidikan apa yang akan diberikan. Semoga apa yang kami cita-citakan dapat terwujud. aamiin

So... untuk para Muslimah mari kita persiapkan generasi yang akan datang dengan terus belajar dan memperbaiki diri, karena anak-anak kita kelak sangat tergatung dengan bagaimana kita saat ini. Selamat bercita-cita! ^^


0 komentar:

Posting Komentar